Blog Archive

Sunday, May 15, 2016

DEXAMETHASONE 0,5 MG


DEXAMETHASONE 0,5 mg





Cara kerja obat 

DEXAMETHASONE adalah golongan obat adrenokortikosteroid sintetik “long acting” yang terutama mempunyai efek glukokortikoid dan mempunyai aktifitas anti inflamasi, anti alergi, hormonal dan efek metabolik. Pada dosis terapi tidak ada efek metabolik. Pada dosis terapi tidak ada efek mineralokortiroid, sehingga retensi natrium sedikit atau bahkan tidak ada, juga ekskresi kalium minimal. Pada tingkat molekuler, diduga glukokortikoid mempengaruhi sintesa protein, pada proses transkripsi RNA. DEXAMETHASONE dapat diabsorsi melalui saluran cerna.


Indikasi
  • Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder, hiperplasia adrenal bawaan, tiroitis nonsupuratif, hiperkalsemia karena kanker.
  • Rinitis alergi perenial, asthma bronkial, dermatitis kontak, dermatitis atopi, seru sickness, reaksi hipersensitivitas obat
  • Penyakit mata karena peradangan atau alergi dan bukan disebabkan oleh virus
  • Sebagai terapi tambahan untuk pemberian jangka pendek seperti pada : artritis psoriatik, artritis rematik, artritis rematoid “juvenile”
  • Systemic lupus erytematosus (SLE), karditis rematik akut
  • Pempigus, dermatitis hepertifomis bulosa, eritema multiformis yang berat (steven’s jhonson syndrome)
  • Sarkoidosis
  • Edema serebral
  • Efek untuk edema tife vasogenik seperti yang diakibatkan oleh tumor otak, khususnya metastase dan glioblastoma
  • Mungkin bermamfaat pada : Anemia hemolitik idiopatik dan otoimun
  • Nekrosis hepatik sub akut, hepatitis kronik aktif otoimun

Kontra indikasi
  • Infeksi fungsi sistemik
  • Herpes simpleks okuler
  • Penderita yang sensitif terhadap obat tersebut dan komponennya

Posologi
Dewasa :
  • Dosis awal bervariasi : 0,75-9 mg/hari, 2-4x sehari atau tergantung berat ringannya penyakit
  • Pada penyakit ringan, Dosis <0,75 mg
  • Pada penyakit berat, Dosis >9 mg

Efek samping
  • Muskuloskeletal : Otot lemas, miopati steroid, kehilangan massa otot, esteoporosis, kompresi fraktur vertebral, fraktur patologik pada tulang panjang dan osteonekrosis
  • Saluran pencernaan : tukak lambung dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan, pankreatitis, distensi abdominal dan esofagus ulseratif
  • Dematologi : Impaired wound healing, thin fragile skin, eritema pada wajah dan keringat bertambah
  • Sistem saraf : Kejang, tekanan intrakranial bertambah dengan edema papil, vertigo dan sakit kepala.
  • Gangguan cairan dan elektrolit
  • Retansi natrium dan cairan (edema) jarang terjadi karena hanya sedikit mempunyai efek mineralokortikoid. Edema ini dapt terjadi pada pasien yang terganggu kecepatan glomerulusnya 
  • Hipokalemia : hipertensi dan gagal jantung bawaan
  • Endokrin : Mensturasi tidak teratur, penekenan pertumbuhan pada anak-anak insufisiensi adrenal sekunder khususnya pada waktu stress seperti trauma dan pembedahan. 
  • Metabolisme karbohidrat dan lemak : pemakaian steroid ini pada penderita diabetes dapat menyebabkan meningkatnya glukoneogenesis dan mengurangi sensitivitas oleh insulin. Pada pasien normal metabolisme karbohidrat dan lemak tidak dipengaruh
  • Pada mata : katarak supkapsuler posterior, kadang-kadang tekanan intra okuler bertambah, glaukoma dan eksoftalmos.
  • Metabolik : keseimbangan nitrogen negatif karena metabolisme protein
  • Reaksi hipersensitivitas : Reaksi anafilatik jarang terjadi.

Peringatan dan perhatian
  • Kepekaan terhadap infeksi pada penderita yang mendapat kortikosteroid tidak bersifat spesifik untuk bakteri atau fungsi patogen tertentu. Bila terjadi infeksi dosis  tetap dipertahankan atau di tambah, dan harus dilakukan pengobatan yang terbaik terhadap infeksi tersebut.
  • Penggunaan kortikosteroid jangka panjang mungkin mengakibatkan katarak subkapsular posterior, glukoma dengan kemungkinan kerusakan pada syaraf mata, dan dapat meningkatkan infeksi okuler sekunder karena fungsi dan virus
  • Kortikosteroid tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama kaerena kemungkinan bayi yang baru lahir menderita gejala hipoadrenalisme.
  • Tidak dianjurka pemakaian pada wanita menyusui karena kemungkinan kortikosteroid diekskresikan kedalam air susu ibu,
  • Insufisiensi adrenokortikal sekunder karena pemakaian obat ini mungkin dapat dikurangi dengan menurunkan dosis secara bertahap
  • Pemakaian asetosal bersama-sama dengan kortikosteroid tidak dianjurka pada penderita hipoprotrombinernia
  • Pemakaian obat ini dapat menekan gejala—gejala kinis dari suatu penyakit infeksi
  • Kortikosteroid tidak dianjurkan pada penderita kolitis ulseratif non spesifik, jika da kecenderungan perforasi, abses,  dan infeksi piogenik lain, diverticulitis, fresh intestinal anastomoses, peptic ilcer, renal insufisiensi, hipertensi, osteoporosis, myasthenia gravis.
  • Tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah 6 tahun,amati secara hati-hati pada anak dan bayi yang memakai kortikosteroid dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
  • Pemakaian kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis dapat meningkatkan efek kortikosteroid,
  • Pemakaian kortikosteroid pada penderita hipotiroid dan sirosis dapat meningkatkan efek kortikosteroid
  • Hati-hati penggunaan kortikosteroid ini pada penderita diabetes millitus, karena dapat meningkatkan glukoneogenesis dan mengurangi sensitivitas terhadap insulin

Interaksi obat
  • Anti bakterial : rifampisin mempercepat metabolisme kortikosteroid
  • Anti diabetik : antagonis terhadap efek hipoglikernia
  • Anti epilepsi : carbamazepine, phenobarbitone, phenytoin, dan primidone mempercepat metabolisme terhadap efek hipotensif
  • Anti hipertensi  : antagonisme terhadap efek hipertensif
  • Barbiturat : mempercepat metabolisme kortikosteroid
  • Diuretika : antagonisme terhadap efek diuretika acetozolamide, loop diuretika dan thiazide menambah resiko hipokalemia
  • Antagonis hormon : aminoglutetimide mempercepat metabolisme dexamethasone
  • Ulcer healing drug : carbenoxolone menambah resiko hipoglikemia

Mengkonsumsi obat harus dengan resep Dokter.

No comments:

Post a Comment